Bahayanya Jika Remaja Sudah Kecanduan Botox  

Posted by Unknown


Ilustrasi
JAKARTA— Botox dulu identik dengan perawatan untuk perempuan usia 40-an. Namun sekarang, orang tak mengenal batasan usia lagi untuk melakukan perawatan ini. Bahkan, remaja usia 20-an pun sudah mulai melakukannya untuk menghambat kulit muda mereka dari penuaan.

Sebuah studi dari ABC News menemukan bahwa jumlah perempuan dalam kelompok umur yang menggunakan Botox telah meningkat 10 persen hanya dalam satu tahun. Dermatolog Dr Jeanine Downie dari New Jersey menegaskan keuntungan Botox untuk mencegah keriput, namun ia termasuk dalam kelompok yang menyayangkan prosedur Botox pada pasien usia muda.

"Jika kulit wajah Anda belum memperlihatkan lipatan sebaiknya Anda tidak melakukan Botox. Karena kulit wajah di usia remaja masih bagus dan perlu dinikmati keuntungannya," ungkap Dr Downie, yang lebih suka memberikan suntikan hanya untuk wanita di atas 30 tahun, dan mulai menggunakan Botox untuk dirinya sendiri di usia awal tiga puluhan.

Para ahli lain mengklaim perawatan yang dilakukan berlebihan akan berakibat membahayakan daripada memberi perbaikan. Presiden British Association of Plastic Surgeons, misalnya, menolak memberikan Botox untuk wanita di bawah usia 30 tahun.

Bulan lalu, review oleh peneliti Jerman yang diterbitkan dalam Journal of Neural Transmission, mengungkapkan bahwa banyak perempuan yang melakukan injeksi Botox secara berlebihan. Meskipun tindakan pencegahan medis sudah dilakukan, namun hal itu rupanya tidak menghentikan niat para perempuan muda untuk mendapatkan suntikan Botox. Bahkan, dari seluruh perawatan suntikan Botox pada tahun 2012, hampir 100.000 pasiennya berusia 20-an. Ini artinya meningkat 10 persen dalam kelompok umur tersebut sejak 2011.

Psikolog klinis Dr Nanine Ewing memperingatkan bahwa menyuntikkan Botox di usia muda berpotensi dapat merusak jiwa jika berkembang menjadi kecanduan. Maklum saja, Botox hanya bersifat sementara. Pasien harus mengulang perawatan ini dalam periode tertentu.

"Perempuan yang memulainya lebih awal bisa terjebak dalam kebutuhan yang berlebihan, dan jika tidak dilakukan kembali akan terus mencari cara untuk memuaskannya. Segala sesuatu akan terasa tidak cukup," paparnya menjelaskan.

This entry was posted on Rabu, 17 Juli 2013 at 20.43 . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar